Membaca Kompas merupakan ritual pagi saya. Dan setiap kali saya membacanya selalu ada saja dialog dengan diri sendiri, entah mengenai isi, pesan, sudut pandang, maupun bahasa suatu tulisan. Dialog ini saya blog-kan agar dapat menjadi referensi saya.

Jumat, 16 Mei 2008

Perdamaian atau pemusnahan?

Sudah dua hari berturut-turut Kompas mengangkat liputan konferensi internasional tentang Palestina yang diadakan di UI, Depok. Liputan hari pertama bahkan muncul di halaman utama.

http://kompas.co.id/kompascetak.php/read/xml/2008/05/15/01072588/palestina.bukan.konflik.agama http://kompas.co.id/kompascetak.php/read/xml/2008/05/16/00171950/perundingan.tidak.akan.bawa.hasil

Saya sangat tidak paham dengan konflik ini, karena itu saya tidak ingin berkomentar mengenai substansi perkara. Saya lebih condong melihat hal-hal yang menyangkut logika dan komunikasi.

Abdillah Thoha dari Komisi I DPR mengatakan tidak yakin akan ada perubahan dalam proses perdamaian Israel-Palestina dalam waktu dekat karena Israel hanya mengenal bahasa kekerasan. Saya bingung, karena persis di sebelah berita ini ada foto yang menggambarkan para petugas darurat Israel bergegas membawa perempuan Israel yang cedera akibat serangan roket dari kawasan Jalur Gaza. Menurut saya, bahasa kekerasan bukan monopolinya Israel. Ia digunakan oleh kedua belah pihak.

Ucapan lain yang juga membingungkan datang dari Salim Nazzal, sejarawan Palestina dari Norwegia. Ia mengatakan perdamaian tidak bisa dicapai dengan paksaan, dan AS tidak boleh lagi memperlihatkan perlakuan yang berbeda terhadap Israel dan Palestina. Anehnya, di kalimat berikutnya ia mengatakan bahwa perpecahan di kalangan Palestina menyulitkan usaha untuk "mengalahkan" Israel. Pernyataan mengerikan ini masih ditambah lagi dengan pernyataan yang diutarakan peserta unjuk rasa solidaritas terhadap Palestina di Solo yang menuntut Israel "dihapuskan" dari peta dunia. Ngeri....

Sebenarnya apa sih yang ingin dicapai? Perdamaian atau pemusnahan salah satu?

Tidak ada komentar: