Membaca Kompas merupakan ritual pagi saya. Dan setiap kali saya membacanya selalu ada saja dialog dengan diri sendiri, entah mengenai isi, pesan, sudut pandang, maupun bahasa suatu tulisan. Dialog ini saya blog-kan agar dapat menjadi referensi saya.

Rabu, 02 Juli 2008

Di teras atau di money changer? Sekali lagi tidak teliti

Sudah lama saya tidak menulis tentang Kompas. Tidak berarti bahwa tidak ada yang perlu dicatat dari pemberitaan Kompas, tetapi lebih pada kesibukan saya yang agak tinggi akhir-akhir ini.

Tapi pagi ini saya tidak dapat menahan diri untuk tidak menulis ketika membaca berita di halaman muka tentang maraknya korupsi di DPR.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/01/23560282/korupsi.diduga.marak.di.dpr

Saya adalah orang yang sangat "visual", sangat cepat tertarik dengan gambar. Karena itu, ilustrasi tentang kronologi penangkapan Buyan Royan menjadi menarik. Komentar saya ketika melihat ilustrasi tersebut adalah "Bukan main bodohnya pola permainan orang ini. Masak tas berisi uang suap ditinggal di teras untuk diambil oleh BR. Teras itu adalah tempat yang sangat terbuka, apalagi teras Plaza Senayan." Komentar itu samasekali tidak bermaksud membenarkan tindakan BR. Sama sekali tidak. Saya seperti membaca novel thriller dan merasa kesal karena tindakan kriminal yang seharusnya "seru" malah ditampilkan secara "bodoh".

Walaupun kesal, saya tetap meneruskan membaca seluruh berita tersebut sampai ke halaman 15. Di situ ada komentar Chandra Hamzah, wakil ketua KPK, bahwa uang tersebut dititipkan oleh penyuap di money changer yang kemudian diambil oleh BR. Sebagai orang yang sangat reseh dengan detail, saya mulai bertanya, bagaimana kejadian yang sebenarnya. Kecuali memang ada money changer di teras Plaza Senayan....yang sangat saya ragukan kemungkinannya.

Tidak ada komentar: