Membaca Kompas merupakan ritual pagi saya. Dan setiap kali saya membacanya selalu ada saja dialog dengan diri sendiri, entah mengenai isi, pesan, sudut pandang, maupun bahasa suatu tulisan. Dialog ini saya blog-kan agar dapat menjadi referensi saya.

Sabtu, 02 Februari 2008

Tajuk Rencana yang tidak jelas

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.02.07484084&channel=2&mn=11&idx=11

Pagi ini acara minum kopi saya agak terganggu gara-gara membaca Tajuk Rencana. Rasanya saya menjadi orang yang sangat bodoh karena tidak bisa menangkap arah dan tujuan TR yang berjudul "Peduli Moral Bangsa". Judulnya saja sudah aneh, apalagi setelah membaca paragraf pertama yang menggunakan wacana pemberian gelar (dan tidak disebutkan gelar apa!) bagi almarhum Soeharto. Kemudian paragraf ke dua masuk kepada pertemuan tokoh-tokoh agama di Lampung yang menyerukan revolusi mental budaya, dll. Tidak jelas apa hubungannya.

Paragraf 4 memuat pokok pikiran yang kontradiktif, menurut saya. Di satu sisi dikatakan bahwa dalam masyarakat modern agama dikembalikan pada spiritualisme yang sifatnya pribadi. Tetapi juga dikatakan bahwa agama sering tampil sebagai pendukung kemapanan, dll.

Kemudian muncul paragraf 5 dan 6 yang semakin tidak jelas arahnya. Seakan TR ini dibuat oleh seseorang yang mengantuk atau mabuk.

Agama tidak sama dengan moral, walaupun agama mengandung banyak pesan moral. Yang terjadi selama ini adalah akibat dari dilembagakannya agama, tampak jelas dengan adanya Departemen Agama. Konflik horisontal yang berlangsung selama bertahun-tahun juga adalah akibat dari menjadi publiknya agama. Saya selalu berpandangan bahwa agama adalah urusan privat seseorang dengan khaliknya. Masyarakat adalah kumpulan dari individu. Jadi, kalau setiap individu berusaha menjadi baik dengan mengamalkan ajaran agamanya pada dirinya sendiri saja, akan terbentuklah masyarakat yang baik. Ini adalah pemikiran sederhana saya.

Yang terjadi saat ini adalah orang sibuk memperhatikan dan menilai orang lain. Maka itu banyak terjadi perusakan atas nama agama "Karena mereka tidak menjalankan ajaran agama dengan benar".

Seruan Kompas pada paragraf terakhir untuk "perlunya perhatian pada moralitas bangsa" terdengar sangat janggal. Bagaimana kita mendefinisikan "moralitas bangsa"???? Apalagi kemudian dikaitkan dengan wacana pemberian gelar pahlawan untuk almarhum Soeharto.....

1 komentar:

ANDRE mengatakan...

susah memang tinggal di negara yang sok menjadi polisi moral