Membaca Kompas merupakan ritual pagi saya. Dan setiap kali saya membacanya selalu ada saja dialog dengan diri sendiri, entah mengenai isi, pesan, sudut pandang, maupun bahasa suatu tulisan. Dialog ini saya blog-kan agar dapat menjadi referensi saya.

Jumat, 30 November 2007

Mereka tak kunjung dipenuhi

Berita tentang rakyat lesu harapan buat saya samasekali tidak mempunyai nilai berita. Apa yang baru dari pernyataan itu? Selain tidak baru, isi berita juga terasa dangkal. Sebetulnya Kompas bisa menggali lebih banyak pada fenomena Sutiyoso.
Karena tidak mendapat pencerahan dari berita ini, akhirnya yang tampak adalah, lagi-lagi, kekeliruan bahasa.

Kalau saya menjadi editornya, kalimat paragraf ke-3 akan saya tulis sebagai berikut:

Kelesuan harapan ini, kata Yudi, misalnya terlihat ketika Sutiyoso mendeklarasikan diri sebagai calon presiden yang, meski prestasinya sebagai Gubernur DKI Jakarta biasa-biasa saja, langsung menarik perhatian.

Jadi, saya menambahkan dua kata dalam kalimat ini. Yang pertama adalah kata "diri" karena menurut saya harus jelas siapa yang dideklarasikan Sutiyoso sebagai calon presiden. Kata yang ke-dua adalah kata "yang" karena kata ini berfungsi menghubungkan dua anak kalimat.

Membaca sampai ke paragraf terakhir tertatap lagi satu gangguan kecil. "Tetapi, harapan itu segera berubah menjadi kekecewaan karena mereka tak kunjung dipenuhi." Yang tidak terpenuhi itu "mereka" atau "harapan mereka"? Atau kalimatnya bisa diganti menjadi "Tetapi, harapan itu segera berubah menjadi kekecewaan karena tidak pernah terwujudkan."

Tidak ada komentar: